Krupuk mungkin adalah makanan Favorit sebagaian masyarakat
Indonesia, rasanya yang kriuk-kriuk akan menambah nikmatnya makanan yang di
sajikan, Namun belakangan ini telah beredar kabar yang kurang enak dan mungkin
sedikit meresahkan masyarakat Indonesia pecinta kerupuk yang merupakan makanan
tradisional Indonesia yang murah meriah dan disukai berbagai kalangan baik itu
orang miskin ataupun kaya.
Tapi jangan khawatir
beberapa hari yang lalu BPOM yang merupakan lembaga resmi Pemerintah yang
mengawasi peredaran obat dan juga makanan menegaskan bahwa belum menemukan
kerupuk mengandung plastic. Walaupun kemungkinan adanya pembuat kerupuk yang
curang dengan mencampurkan plastik dalam minyaknya memang ada. Tetapi
diperkirakan sangat sedikit, hanya 1-2 kasus dan tidak bisa digeneralisir
karena akan sangat meresahkan dan merugikan banyak pihak.
Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Olahan BPOM (Badan
Penawasan Obat dan Makanan) mengatakan bahwa pengujian yang dilakukan BPOM,
belum pernah ditemukan kerupuk yang mengandung plastic, sehingga masyarakat masih
aman untuk mengkonsumsinya.
Kabar yang beredar di internet menyebutkan kerupuk yang
berbahaya akan menyala saat dibakar. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM), tidak perlu dibakar pun kerupuk berbahaya akan menyala. Bukan nyala api
tentunya, tetapi nyala dari pendar warna atau fluoresensi, kerupuk dengan ciri-ciri warna ngejreng/menyala menunjukkan bahwa kerupuk
tersebut mengandung bahan pewarna berbahaya misalnya Rhodamin-B.
Sebagian dari bahan tersebut merupakan karsinogen atau penyebab kanker
sehingga tidak boleh digunakan sebagai bahan campuran dalam makanan
apapun termasuk kerupuk.
“Kerupuk itu kalau dibakar, karena mengandung minyak, pasti
akan menyala. Semua yang mengandung minyak kalau dibakar akan menyisakan bekas
seolah-olah mengandung plastik. Dan kami telah menguji, hasilnya tidak ada
(kandungan plastik),"ujarnya.
Menurut Ratmono, kerupuk maupun gorengan yang digoreng
dengan minyak campur plastik sulit dibedakan oleh orang awam, cara membedakanya adalah dengan dibakar
dinilai Ratmono sebagai informasi yang menyesatkan.
Selain itu, Ratmono juga meluruskan beberapa hal yang selama ini kurang dipahami masyarakat soal bahan berbahaya pada goreng-gorengan. Selain plastik, bahan yang selama ini juga sering dikhawatirkan menjadi campuran minyak goreng adalah parafin atau lilin.
"Yang tidak banyak diketahui masyarakat adalah bahwa beberapa jenis parafin ada yang edible (bisa dimakan). Selongsong sosis misalnya, itu biasanya termasuk parafin yang edible. Jadi jangan sampai meresahkan," jelas Ratmono.
Selain itu, Ratmono juga meluruskan beberapa hal yang selama ini kurang dipahami masyarakat soal bahan berbahaya pada goreng-gorengan. Selain plastik, bahan yang selama ini juga sering dikhawatirkan menjadi campuran minyak goreng adalah parafin atau lilin.
"Yang tidak banyak diketahui masyarakat adalah bahwa beberapa jenis parafin ada yang edible (bisa dimakan). Selongsong sosis misalnya, itu biasanya termasuk parafin yang edible. Jadi jangan sampai meresahkan," jelas Ratmono.
Ia meminta masyarakat bisa memilah antara informasi yang
benar dengan informasi yang hanya meresahkan. Menurutnya, informasi soal
kerupuk mengandung plastik termasuk yang meresahkan karena belum pernah
ditemukan BPOM. (detikhealth)
No comments:
Post a Comment